MUSI RAWAS — Warunginformasi.co.id


Komitmen SMAN Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas, untuk memberikan fasilitas terbaik bagi siswa dipertanyakan setelah adanya temuan kontradiksi signifikan antara laporan anggaran dengan kondisi fisik sekolah. 


Investigasi menunjukkan bahwa sekolah Akreditasi A yang dipimpin oleh Fajar Sumantri ini telah mengalokasikan dan menghabiskan dana BOS sebesar Rp 442,4 Juta untuk pemeliharaan sarana dan prasarana (Sarpras) dalam kurun waktu dua tahun (2023-2024), namun kondisinya terlihat lusuh dan nampah rusak parah. Selasa (11/11).


Pengeluaran masif yang tidak berbanding lurus dengan realitas lapangan ini memunculkan dugaan kuat adanya pekerjaan fiktif atau mark-up dalam pengelolaan Dana BOS.


Dari lima laporan dalam pengelolaan anggaran Dana BOS yang dianalisis, pos pengeluaran Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah menunjukkan pola yang mencurigakan dan terus meningkat di akhir tahun anggaran:


Tahun 2023 :

Tahap 1 : Rp. 35.115.000

Tahap 2 : Rp. 188.897.000


Tahun 2024 :

Tahap 1 : Rp. 72.270.000

Tahap 2 : Rp. 146.235.000


Berdasarkan perngamatan di lapangan, kondisi fisik sekolah yang seharusnya terawat justru menunjukkan hal yang bertolak belakang. Mulai dari, dinding sekolah yang terlihat kusam, retak, dan kotor, banyak kaca jendela di ruang kelas yang pecah atau hilang, dan plafon di beberapa ruangan tampak bolong, bahkan papan tulis yang terlihat sudah tak layak pakai seolah-olah tidak pernah tersentuh perbaikan besar dalam waktu lama.


"Tidak masuk akal jika sebuah sekolah menghabiskan hampir setengah miliar rupiah untuk pemeliharaan hanya dalam dua tahun, tetapi catnya sudah kusam, dan kerusakannya masih terlihat. Ini mengarah pada dugaan kuat bahwa uang tersebut menguap melalui klaim pekerjaan fiktif," ujar Mikel Pemerhati Nusa dan Bangsa. Selasa, (11/11).


Selain sarana dan prasarana, pos Pengembangan Perpustakaan juga menjadi sorotan. Dalam periode yang sama (2023-2024), SMAN Jayaloka menghabiskan lebih dari Rp 514 Juta untuk pos ini.


Mirip dengan pos pemeliharaan, alokasi dana perpustakaan selalu membesar di Tahap 1 setiap tahunnya (Rp 202 Juta di 2023 T1 dan Rp 252 Juta di 2024 T1).


Pengeluaran sebesar ini membutuhkan verifikasi mendalam mengenai jenis barang yang dibeli apakah buku, komputer, atau perabot dan apakah barang-barang tersebut benar-benar ada dan tercatat dalam inventaris sekolah.


“Lucunya lagi, Kepala Perpustakaan sendiri yang mengaku sudah 10 tahun menjabat, belum memiliki sertifikasi kepala perpustakaan dan sama sekali tidak tahu soal anggaran, sangat aneh orang yang seharusnya ikut dalam titik vital, malah tak dilibatkan”. Tegas Mikel.


Hingga berita ini ditayangkan, awak media telah berupaya meminta klarifikasi kepada Kepala Sekolah SMAN Jayaloka, Fajar Sumantri, secara langsung disekolah namun tidak ada ditempat dan belum memberikan tanggapan. (Iqbal)

Lebih baru Lebih lama